Rabu, 12 September 2012

Batin Seorang Ibu Hamil Karena “Seekor Anjing”


Batin Seorang Ibu Hamil Karena “Seekor Anjing”

Via (berusia 23 tahun) baru menikah sekitar 1 tahun yang lalu, dan sekarang ia sudah dikaruniai seoang anak laki-laki yang berusia sekitar 4bulanan. Sambil melamun, Via teringat kisah kehamilan dan ke-bete-annya dulu2.. Gini ceritanya, dikarenakan ia dalam kondisi sudah mempunyai diabet turunan sejak hampir 4 tahun lalu, suami serta keluarga sangat mengkhawatirkan keadaannya (mana sebagai kehamilan yang pertama lagi).
Sebelum menikah, suaminya pernah berjanji akan memberikan kado yang paling diinginkan Via, yaitu memelihara seekor anjing. Janji itu ditepatinya, sekitar 3 minggu setelah hari pernikahan mereka, datanglah pula seekor anjing yang diharapkan Via. Sepertinya anjing itu turunan campur antara jenis anjing galak dan kampung. Via sangat senang dengan kehadiran anjing betina yang diberi nama Ico itu (diberi nama Ico, karena bulunya yang berwarna item dan coklat). Via merawat dan memelihara anjing itu dengan baik. Setiap 2 hari sekali, ia memandikan anjing itu; menjemur anjing itu setiap pagi; menyediakan kandang, rantai anjing dan kalungnya; ga telat memberi makan dan minum; kalau cuaca cerah, ia juga sering membawa anjingnya bermain berkeliling kompleks rumah.
Namun hari itu, ia bersedih karena dengan sangat terpaksa, ia harus membuang atau tidak memelihara anjing itu lagi. Hal ini dikarenakan masalah yang cukup komplek dengan keberadaan calon momongan dan seekor Ico. Ceritanya begini.
Setelah menikah, Via tinggal dengan ibu mertuanya dan tanpa disangka, ternyata Via langsung dikaruniai calon momongan. Nah, awalnya semua keluarga khawatir calon dede bayinya terkena virus tokso karena Ico. Lalu Via dan suami pun mengkonsultasikannya pada dokter kandungannya. Dokter mengatakan bahwa “virus tokso tidak ada hubungan dengan hewan peliharaan terutama anjing, karena sebenarnya virus tokso itu disebabkan dari makanan-makanan yang belum atau setengah matang.” Satu masalah pun terselesaikan.
Kemudian, beberapa kerabat lain mengingatkan bahwa nanti jika bayinya sudah lahir, mungkin akan terancam oleh “si anjing” karena katanya anjing itu seekor hewan yang punya rasa iri besar jika majikannya berpindah sayang dari dia. Via takut jadi masalah dengan calon momongan dan keluarga besar, jadi ia berfikir untuk meminta pada suaminya untuk membuang anjing itu saja. Kemudian Viapun mendiskusikannya dengan suaminya, lalu diambil kesepakatan bahwa pasangan suami istri ini sepakat akan bekerjasama mengatasi dan memelihara hewan peliharaan dan calon momongan mereka dengan benar, bukan membuang anjing tersebut.
Ternyata permasalahan tidak selesai sampai disitu. Anjing ini cukup pintar sehingga terkadang ia bisa mengalihkan/lolos dari segala yang dibuat majikannya. Misalnya, keluar dari kandangnya sendiri yang padahal sudah pakai selot/kunci dari luar atau dia bisa melepaskan diri dari rantai dan lari ke taman sehingga merusak kebun kecil milik mertua Via. Via pun jadi merasa sungkan atas kejadian tersebut, apalagi jika anjing itu melakukannya berulang-ulang. Selain itu (mungkin dikarenakan anjing tersebut masih kecil, kira-kira 2-3 bulan usianya), Ico jadi suka gigit-gigit segala barang yang ada termasuk (ini bahayanya) mengejar-ngejar cucu-cucu mertua Via. Terkadang orangtua dan orang-orang sekitar lainnya yang melihat kejadian itu mengatakan “ini mah anjing teh bakal jadi anjing galak, suka gigit-gigit gini koq….” Via tambah jadi merasa ga enak banget atas keberadaan anjing kecilnya. Via pun kembali diskusi lagi dengan suaminya. Karena suaminya menenangkan ia dengan kata-kata “udah, biarin, ga apa-apa. Nanti juga pada ngerti. Ico juga ga akan terus gigit-gigit kan?” Via pun kembali mengurungkan niat untuk membuang anjing kecilnya. Walaupun sebenarnya pasangan ini takut ucapan yang telah keluar dari mereka akan menjadi sebuah “doa” untuk yang dibicarakan, karena Via merasakan sekali perubahan sikap Ico setelah kata-kata itu keluar, nampaknya Ico pun menjadi seperti itu.
Tanpa disadari, karena Ico sering bermain di tanah, dia pun jadi terserang kutu tanah. Sejak saat itu, Via pun mulai mengerahkan banyak cara untuk membasmi kutu-kutu tersebut. Memandikan anjingnya setiap hari, memberi obat kutu pada air mandi anjingnya berulang-ulang. Namun, setelah kurang lebih 1 minggu, karena Ico masih saja sering bermain di tanah, kutunya jadi ga hilang-hilang malah jadi tambah banyak saja. Suatu hari, suaminya mengeluh badannya gatal-gatal dan bentol-bentol sampai ada yang terluka (jadi lecet). Via pun jadi merasa bersalah banget karena sudah membuat beberapa dari anggota keluarganya sendiri menjadi korban dari keberadaan si anjing kecilnya, Ico.
Setelah berhari-hari diskusi bahkan jadi bertengkar cukup hebat dengan suaminya, dengan rasa kecewa, sesal, kesal dan sedih, Via pun memutuskan untuk memberikan Ico pada siapa saja yang mau. Namun ternyata, ga ada yang mau untuk menerima Ico. Karena rasa takut dan mungkin tercampur emosi yang cukup hebat dari dalam diri Via, pasangan suami istri inipun memutuskan untuk memberikan (bukan menjual) Ico ke tempat penjualan liar. Sakit hati, sedih, sesal dan khawatirpun mulai bermunculan ketika mereka mulai melepaskan Ico di tempat penjualan. Bahkan percaya atau tidak, saat perjalanan pulang ke rumah, pasangan suami istri ini tak berhenti menangis di sepanjang jalan karena mereka merasa telah seperti membuang anak sendiri. Bahkan ketika sampai rumah, mereka hanya bisa saling memandang dan akhirnya berpelukan menangis melepas kepergian anjing kecil peliharaan Via.
Beberapa hari kemudian, Via bersama suaminya menengok Ico di tempat penjualan binatang. Rasa takut Ico sudah dibeli orangpun mulai meraung-raung dalam pikiran keduanya. Sesampai di tempat yang dituju, ternyata Ico pun masih ada disana dan menurut si pengurus disana, anjing itu pun “muyung”, ga mau makan, ga bersuara, seolah sakit, mau mati. Karena kasihan dan sayang seperti terhadap anak sendiri, akhirnya Via dan suaminya pun kembali membawa Ico pulang ke rumah.
Akhirnya sampai sekarang, Ico tinggal bersama Via dan suaminya. Mereka pun memutuskan untuk terus tetap merawat Ico dengan segala konsekuensi yang ada. Mereka kompak dalam mengurus Ico, seolah-olah seperti mengurus anak aja…. Bahkan sekarang, mereka nambah 2 ekor anjing golden di rumahnya… malah mereka sekarang berencana untuk beternak anjing saja,hahahahaha…………
Dalam kisah ini, Via ingin memberikan pesan bahwa “ hati-hatilah dalam berkata-kata, karena terkadang apa saja yang kita ucapkan, mungkin malah akan jadi sebuah doa untuk yang kita bicarakan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar